- Home »
- Wayang Favorit
// ASM Blog
// On-Senin, 04 April 2016
BAGONG
Yo what’s up? Apa kabar? Masih disini bersama
saya sendiri :v
Oke, kali ini ceritanya disuruh ngebuat blog
tentang karakter favorit dari wayang. Sebenernya gak terlalu suka sih sama
wayang. Tapi dirumah, bapake majang dua wayang kulit, yaitu Arjuna dan Bagong. Saya
agak tertarik sama si Bagong. Kenapa? Karena Badannya yang ndutt dan juga
bentuk yang agak aneh, kaya misalnya dibibirnya agak dower. Mungkin itu kali ya
yang bikin tertarik :v oh dan juga, searching dari google katanya si Bagong ini
katanya sih jujur, lalu blak-blakan dan juga semaunya sendiri. Oke dah, langsung saja saya bahas tentang si
Bagong ini dibawah ini, cekibrot :v
Ki Lurah Bagong adalah
nama salah satu tokoh panakawan dalam
kisah pewayangan yang berkembang di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Tokoh
ini dikisahkan sebagai anak bungsu Semar. Dalam pewayangan Sunda juga terdapat tokoh panakawan yang identik dengan
Bagong, yaitu Cepot atau Astrajingga. Namun bedanya, menurut versi ini, Cepot adalah
anak tertua Semar. Dalam wayang banyumasan Bagong lebih dikenal dengan sebutan Bawor.
Ciri
Fisik
Sebagai seorang panakawan yang sifatnya menghibur penonton wayang, tokoh Bagong pun dilukiskan dengan ciri-ciri fisik
yang mengundang kelucuan. Tubuhnya bulat, matanya lebar, bibirnya tebal dan
terkesan memble. Dalam figur wayang kulit, Bagong membawa senjata kudi.
Gaya bicara Bagong terkesan semaunya sendiri.
Dibandingkan dengan ketiga panakawan lainnya, yaitu Semar, Gareng, dan Petruk, maka Bagong adalah sosok yang
paling lugu dan kurang mengerti tata krama. Meskipun demikian majikannya tetap
bisa memaklumi.
Asal-usul
Beberapa versi menyebutkan bahwa,
sesungguhnya Bagong bukan anak kandung Semar. Dikisahkan Semar merupakan penjelmaan seorang dewa bernama Batara Ismaya
yang diturunkan ke dunia bersama kakaknya, yaitu Togog atau Batara Antaga untuk
mengasuh keturunan adik mereka, yaitu Batara Guru.
Togog dan Semar sama-sama mengajukan
permohonan kepada ayah mereka, yaitu Sanghyang
Tunggal, supaya masing-masing diberi teman. Sanghyang Tunggal ganti
mengajukan pertanyaan berbunyi, siapa kawan sejati manusia. Togog menjawab
"hasrat", sedangkan Semar menjawab "bayangan". Dari jawaban
tersebut, Sanghyang Tunggal pun mencipta hasrat Togog menjadi manusia kerdil
bernama Bilung, sedangkan bayangan Semar dicipta menjadi manusia
bertubuh bulat, bernama Bagong.
Versi lain menyebutkan, Semar adalah cucu
Batara Ismaya. Semar mengabdi kepada seorang pertapa bernama Resi Manumanasa yang
kelak menjadi leluhur para Pandawa. Ketika Manumanasa hendak mencapai moksha, Semar merasa kesepian dan meminta diberi teman.
Manumanasa menjawab bahwa temannya yang paling setia adalah bayangannya
sendiri. Seketika itu pula, bayangan Semar pun berubah menjadi manusia, dan
diberi nama Bagong.
Bagong dalam filosofi pewayangan
memiliki watak yang jujur dan juga sabar, Ia tak pernah berteriak ataupun
memberontak saat keadaan terjepit, Ia tak pernah marah ataupun protes
atas himpitan atau tekanan yang menimpa dirinya. Gaya bicara bagong yang
jujur, blak blakan serta semaunya sendiri pernah digunakan para dalang
untuk mengkritisi pemerintah kolonial belanda. Ketika Sultan Agung wafat pada
tahun 1645, putranya yang bergelar Amangkurat I menggantikannya sebagai
pemimpin Kesultanan Mataram. Raja baru ini berbeda dari ayahandanya. Ia memerintah
secara sewenang-wenang serta menjalin kerja sama dengan pemerintah kolonial
belanda. Keluarga kesultanan Mataram saat itupun terpecah belah. Ada yang
mendukung pemerintahan Amangkurat I yang pro-Belanda, ada pula yang
menentangnya. Dalam hal pewayangan pun terjadi perpecahan dan terbagi menjadi
dua golongan yaitu golongan Nyai Anjang Mas yang anti-Amangkurat dan Kyai
Anjang Mas yang pro-Amangkurat. Rupanya pihak Belanda tidak menyukai tokoh
Bagong karena dianggap mengkritisi pemerintah kolonial. Oleh sebab itu maka
golongan Kyai Anjang Mas menghilangkan tokoh Bagong dan Nyai Anjang Mas tetap
mempertahankannya. Selanjutnya setelah keruntuhan kerajaan Mataram dan berganti
nama menjadi kerajaan Kartasura dan berganti nama menjadi Kasunanan Kartasura.
Selanjutnya terjadi perpecahan yang kemudian berakhir dengan dinobatkannya Sri
Sultan Hamengkubuwana I yang berkuasa di Yogyakarta.
Filosofi
yang patut kita contoh dari tokoh Bagong, diantaranya :
1.
Dalam
keadaan terjepit atau keadaan sesulit apapun kita harus tetap sabar dan tabah.
2.
Jangan
tergesa-gesa atau gegabah sebelum melakukan tindakan atau mengambil keputusan,
pertimbangkan untung rugi dan akibat dari pengambilan keputusan atau pekerjaan.
3.
Kesabaran
serta ketabahan yang selalu memunculkan energi positif dan kemenagan dalam
setiap akhir.
Sumber :
Diberdayakan oleh Blogger.